Senin, 07 Mei 2012

Remaja, Keluarga dan Interaksi Sosial


BAB I
PENDAHULUAN


A.  LATAR BELAKANG
Suatu tinjauan sosialogis berarti sorotan yang didasarkan antar hubungan manusia, hubungan antar kelompok serta hubungan antara manusia dengan kelompok, di dalam proses kehidupan bermasyarakat. Di dalam pola hubungan-hubungan tersebut yang lazim disebut interaksi sosial-anak dan remaja merupakan salah satu pihak, di samping pihak-pihak lain. Pihak-pihak tersebut saling mempengaruhi sehingga terbentuklah kepribadian-kepribadian tertentu sebagai akibatnya.
Proses saling mempengaruhi melibatkan unsur-unsur yang baik dan benar, serta unsur-unsur lain yang dianggap salah dan buruk. Unsur-unsur yang lebih berpengaruh biasanya tergantung mentalitas pihak yang menerima. Artinya, sampai sejauh manakah pihak penerima mampu menyaring unsur-unsur luar diterimanya melalui proses pengaruh mempengaruhi.
Untuk itu, kami mengambil judul makalah ini agar dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang interaksi sosial kepada para pembaca.


B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.    Mengetahui pengertian dari interaksi sosial
2.    Mengetahui syarat-syarat terjadinya interaksi sosial
3.    Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial
4.    Mengetahui ciri-ciri interaksi sosial
5.    Mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial

C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, kami memberikan pembatasan kepada:
1.    Pengertian interaksi sosial menurut beberapa ahli
2.    Syarat-syarat interaksi sosial
3.    Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial
4.    Ciri-ciri interaksi sosial
5.    Bentuk-bentuk interaksi sosial

D.  TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan studi kepustakaan, yaitu kami memperoleh informasi dari buku-buku yang berisikan materi-materi tentang interaksi sosial dan beberapa materi yang diperoleh dari internet.

E.  SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I.  Pendahuluan. Berisi latar belakang, tujuan, pembatasan masalah,teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

BAB II.  Pembahasan. Pengertian interaksi sosial, syarat-syarat interaksi sosial, faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial, ciri-ciri interaksi sosial, bentuk-bentuk interaksi sosial,
BAB III. Studi Kasus.
BAB IV. Penutup. Berisi kesimpulan dan saran.



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Interaksi Sosial menurut para ahli
1.      Homan
Interaksi sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.
2.      Shaw
Interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain.
3.      Thibaut dan Kelley
Interaksi sosial adalah peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
4.      Bonner
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.
Dari pengertian pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, interaksi sosial adalah hubungan timbal balik anatara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi.

B.       Syarat – Syarat Interaksi Sosial
1.      Kontak Sosial
Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih dengan orang lain melalui komuniksi tentang maksud dan tujuan masing – masing dalam kehidupan masyarakat. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung antara satu pihak dan pihak lainnya.
Kotak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut :
a.       Antarindividu, misalnya anak kecil mempelajari kebiasaan – kebiasaan dalam keluarganya. Proses tersebut terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu proses anggota masyarakat yang baru mempelajari norma – norma dan nilai – nilai masyarakat.
b.      Antara individu dan kelompok manusia atau sebaliknya, misalnya, seseorang merasa bahwa tindakan – tindakannya berlawanan dengan norma – norma masyarakat, atau apabila suatu partai politik memaksa anggota – anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan ideologi dan programnya.
c.       Antara suatu kelompok manusia dan kelompok manusia lainnya. Misalnya, dua partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan partai politik yang lainnya di dalam pemilihan umum. Atau, apabila dua buah perusahaan mengadakan suatu kontak atau perjanjian tertentu.
Kontak sosial tentu saja dapat bersifat positif ataupun negatif. Yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif, mengarah pada suatu pertentangan atau konflik, bahkan pemutusan interaksi sosial.
Kontsk sosial juga dibedakan atas kontak sosial primer dan sekunder. Kontak sosial [rimer adalah kontak sosial bertatap muka, bertemu, jabat tangan, bercakap – cakap antarapihak yang melakukan kontak sosial. Kontak sosial sekunder adalah kontak yang tidak langsung, membutuhkan perantara.
2.      Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain, sehinggga terjadi pengertian bersama. Arti yang terpenting dari komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain ( yang berwujud pembicaraan, sikap ) perasaan – perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

C.      Faktor-faktor terjadinya interaksi sosial

1.      Imitasi
Imitasi adalah suatu proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain. Dalam interaksi sosial, imitasi dapat bersifat positif, artinya imitasi orang tersebut mendorong seseorang untuk mematuhai kaida-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.
Faktor yang mempercepat proses imitasi, yaitu:
a.       Media audio visual seperti radio dan televise serta media cetak.
b.      Makin kompleksnya masyarakat dan makin tingginya interaksi sosial.
      Misalnya, seorang anak mencontoh cara-cara orang yang lebih tua dalam bersikap sopan santun. Dalam hal ini, faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial.
      Namun, imitasi juga dapat berpengaruh negative, apabila yang dicontoh itu adalah perilaku-perilaku mennyimpang. Misalnya, seorang anak menjadi nakal karen bergaul dengan kelompok anak-anak nakal. Selain itu, imitasi juga dapat melemahkan atau mematikan kreativitas seseoarang. Misalnya, anak yang terus-menerus mengikuti perintah dan kehendak orang lain akhirnya tidak dapat mengembangkan daya kreasinya sendiri.
2.      Sugesti
Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersenbut tanpa berpikir panjang . Sugesti terjadi karena pihak yang menerima anjuran itu tergugah secara emosional dan biasanya emosi ini menghambat daya pikir rasionalnya.
Sugesti akan berlangsung cepat atau lambat dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
a.Usia
b.Kemampuan
intelektual
c. Keadaan fisik
d. Kepribadian
Orang untuk tersugesti diantaranya sebagai berikut :
a. Kurang bersikap kritis
b. Berpendidikan rendah
c. Pemberi sugesti mempunyai otoritas. Contohnya nasihat ulama akan lebih didengar dan dipatuhi dari pada nasihat tokoh intelektual.
d. Orang yang dalam keadaan ragu-ragu.

Proses sugesti lebih mudah terjadi apabila orang yang memberikan pandangan itu adalah orang yang berwibawa atau bersifat otoriter, serta jika yang memberikan pandangan dan sikap adalah kelompok atau masyarakat. Misalnya, seorang anak lulusan SMP melanjutkan sekolahnya ke SMA karena ajakan dari teman-temannya yang memilih SMA meskipun sebenarnya anak tersebut memilih SMK. Teman-temannya mengatakan bahwa dengan masuk SMA peluang untuk mendapatkan jabatan lebih besar.
3.      Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjasi “sama” dengan pihik lain. Identifikasi lebih mendalam daripada imitasi karena dengan identifikasi seseorang mencoba menempatkan diri dalam keadaan orang lain, “mengidentifikasikan” dirinya dengan orang lain bahkan menerima kepercayaan dan nilai yang dianut orang lain menjadi kepercayaan dan nilainya sendiri. Jadi, proses identifikasi dapat membentuk kepribadian seseorang.
Proses identifikasi dapat berlangsung tanpa sengaja atau dengan sengaja, karena biasanya orang memerlukan tipe-tipe idela tertentu di dalam hidup. MIsalnya, seseorang merasa sedih melihat orang lain yang menglami musibah atau merasa iba melihat orang cacat. Atau seorang pemuda mengikuti mode potongan rambut panjang karena menurutnya hal itu sudah menjadi mode kesukaan para bintang film terkenal.
4.      Simpati
Simpati adalah perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya merasa seolah-olah berada di dalam keadaan orang lain. Misalnya, seseorang merasa sedih melihat penderitaan orang lain yang ditimpa musibah, seseorang mereproduksikan di dalam diri sendiri perasaan pihak lain berupa kasih sayang. Jadi simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain.
Dalam hal tertentu simpati hampir sama dengan identifikasi, yakni kecenderungan menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Perbedaannya adalah bahwa di dalam simpati, perasaan memegang peranan penting walupun dorongan utama adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya tanpa memandang status atau kedudukan. Sedangkan identifikasi didorong oleh keinginan untuk menjadi sama dengan pihak lain yang dianggap mempunyai kelebihan atau kemampuan tertentu yang layak ditiru. 

D.      Ciri-ciri Interaksi sosial
Interaksi sosial memiliki ciri-ciri antara lain:
1.    Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
2.    Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontakn sosial
3.    Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
4.    Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
Pada pola sistem sosial nantinya akan menciptakan suatu pola hubungan sosial yang relatif baku atau tetap apabila interaksi sosial itu terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu yang relatif lama dan di antara para pelaku yang relatif sama. Pola seperti ini dapat dijumpai dalam bentuk sistem nilai dan norma.
Pola yang melandasi sistem sosial memiliki beberapa syarat antara lain:
1.    Tujuan yang jelas
2.    Kebutuhan yang jelas dan bermanfaat
3.    Adanya kesesuaiaan yang berhasil guna
4.    Adanya kesesuaiaan dengan kaidah-kaidah sosial yang berlaku
Adanya pola ideal tersebut benar-benar melandasi hubungan interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat, maka akan tercipta suatu keteraturan sosial. Sebaliknya, apabila pola ideal tersebut dilanggar, maka akan tercipta ketidakteraturan sosial yang akan menggoyahkan sendi-sendi kehidupan masyarakat.

E.       Bentuk-bentuk Interaksi sosial
Interaksi sosial dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
1. Proses yang Asosiatif (processes of association)
a. Kerja Sama (Cooperation)
 adalah berusaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
b.     Akomodasi (Accomodation)
      adalah adanya keseimbangan interaksi sosial  dalam kaitannya dengan nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat.
Bentuk akomodasi yaitu :
1)      Koersi
Adalah akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah.
2)      Kompromi
Adalah suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
3)      Arbitrasi
Adalah suatu bentuk akomodasi  apabila pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri.
4)      Mediasi
Adalah suatu bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi.Namun, pihak ketiga yang bertindak sebagai penengah atau juru damai tidak mempunyai wewenang memberi keputusan-keputusan penyelesaian antara kedua belah pihak.
5)      Konsiliasi
Adalah suatu bentuk akomodasi untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya persetujuan bersama.
6)      Toleransi
Adalah suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang bentuknya formal.
7)      Stalemate
Adalah suatu bentuk akomodasi, dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang, berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
8)      Ajudikasi
Adalah penyelesaian masalah atau sengketa melalui pengadilan atau jalur hukum.
2. Proses yang Disosiatif (processes of dissociation)
  a.Persaingan (Competition)
  b.Pertentangan atau pertikaian yang meliputi :
1)      Kontravensi (Contravention)
     adalah proses sosial yang ditandai ketidakpastian, keraguan, penolakan dll yang tidak diungkapkan secara terbuka.
2)      Konflik (Conflik)
      adalah pertikaian antar individu.


BAB III
STUDI KASUS

Keluarga merupakan satuan sosial yang paling dasar dan terkecil di dalam masyarakat. Keluarga dapat hanya terdiri dari atas dua orang, yaitu suami dan istri, atau ditambah dengan adanya anak-anak, baik yang dilahirkan ataupun diadopsi. Keluarga mempunyai perbedaan yang nyata dari organisasi sosial yang lainnya.
Seiring dengan tumbuh kembang anak, mereka berangsur-angsur tumbuh menjadi sosok seorang remaja yang merupakan masa pengalihan antara anak-anak menuju dewasa. Dalam fase ini, interaksi sosial dalam keluarga sangat dibutuhkan bagi remaja untuk dapat melewati fase-fase sulitnya.
Usia remaja adalah usia yang labil, di mana peran keluarga khususnya orang tua sangat dibutuhkan dalam proses perkembangannya.
Akhir-akhir ini, marak terjadi suatu kondisi di mana remaja banyak terjerumus dalam hal-hal yang negatif, seperti pergaulan bebas yang berujung pada hamil di luar nikah. Dalam hal ini, salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya interaksi dalam keluarga.
Di dalam keadan yang normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudara-saudaranya yang lebih tua (kalau ada) serta mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah. Melalui lingkungan itulah si anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Melalui lingkungan itulah anak mengalami proses sosialisasi awal. Orang tua, saudara, maupun kerabat terdekat lazimnya mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak supaya anak memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik, melalui penananaman disiplin dan kebebasan serta penyerasiannya. Pada saat ini orang tua, saudara, maupun kerabat (secara sadar atau setengah sadar) melakukan sosialisasi yang biasa diterapkan melalui kasih sayang. Atas dasar kasih sayang itu, anak dididik untuk mengenal nilai-nilai tertentu, seperti nilai ketertiban dan ketentraman, nilai kebendaan, dan keakhlakan, nilai kelestarian dan kebaruan, dan seterusnya.
Pada nilai ketertiban dan ketentraman ditanamkan perilaku disipliner dan perilaku bebas yang senantiasa harus diserasikan. Umpamanya, si anak yang lapar boleh makan dan minum sampai kenyang, tetapi pada waktu-waktu tertentu anak boleh bermain sepuas-puasanya tetapi ia harus berhenti bermain apabila waktu makan telah tiba. Nilai kebendaan dan nilai keakhlakan serta penyerasian, misalnya dapat di tanamkan dengan jalan membelikan mainan yang diinginkannya, tetapi mainan itu harus dipelihara baik-baik agar tidak cepat rusak. Kalau mainan itu rusak, orang tua harus dapat menahan diri untuk segera membelikan mainan yang baru. Melalui cara-cara itu pula nilai kelestarian dan kebaruan dapat ditanamkan melaui perilaku teladan yang sederhana.
Apabila usia anak meningkat keumur remaja, penanan nilai-nilai tersebut di atas harus tetap dipertahankan, tetapi dengan cara-cara lain. Sesuai dengan pertumbuhan jiwa remaja tersebut. Secara psikologis usia remaja merupakan umur yang dianggap “gawat”, karena yang bersangkutan sedang mencari identitasnya. Untuk itu, harus tersedia tokoh-tokoh ideal yang pola perilakunya terpuji. Pertama-tama, dia akan berpaling pada lingkungan yang terdekat dengannya, yakni orang tua, saudara-saudaranya, dan mungkin kerabat dekatnya. Apabila identitasnya tidak terpenuhi oleh lingkungan terdekatnya, dia akan berpaling kelingkungan lain (yang belum tentu benar dan baik). Oleh karena itu, lingkungan terdekat, senantiasa harus siap membantu sang remaja. Remaja lebih banyak memerlukan pengertian dari pada sekedar pengetahuan saja, dia harus mengerti mengapa manusia tidak boleh terlalu bebas dan juga tidak boleh terlalu terikat (=disiplin). Memang, orang tua kadang-kadang lebih mementingkandisiplin atau keterikatan daripada kebebasan, sedangkan remaja lebih menyukai kebebasan daripada disiplin atau keterikatan. Namun, manusia memerlukan keduan dalam keadaan yang serasi, manusia yang terlalu disiplin hanya akan menjadi “robot” yang mati daya kreativitasnya, sedangkan manusia yang terlalu bebas akan menjadi makhluk lain (yang bukan manusia).
Tumbuhnya motivasi dan keberhasilan studi justru ditunjang oleh keserasian-keserasian tersebut di atas. Kalau pada anak, orang tualah yang harus menanamkan agar si anak berpengetahuan, sedangkan pada remaja orang tua harus memberikan pengertian melalui cara-cara yang dewasa. Anak atau remaja yang diharuskan belajar terus menerus atau dibebani dengan kewajiban mengikuti pelajaran tambahan (les) atau keterampilan tertentu akan mengakibatkan kebosanan, sehingga pekerjaan tersebut dianggapnya sebagai kegiatan rutin belaka. Dia tidak sempat mengenyam kebebasan berpikir karena selalu dibebani dengan keterikatan, dimana orang tua senantiasa memegang peranan yang menentukan di dalam mengambil keputusan-keputusan. Anak atau remaja tersebut hanya dilatih untuk berpikir semata-mata tanpa mendidiknya agar senantiasa menyerasikan pikiran dengan perasaan.
Membiarkan anak remaja bersikap tidak semaunya juga buruk dan tidak benar. Mereka memerlukan tuntunan orang tua, saudara-saudaranya, maupun kerabat dekatnya tetapi tuntutan itu tidak diperolehnya. Lingkungan yang berpola pikiran demikian juga tidak menghasilkan pengaruh yang menunjang tumbuhnya motivasi dan keberhasilan studi karena dilepas begitu saja. Kritik para remaja biasanya tertuju pada hal-hal sebagai berikut.
a.       Orang tua terlalu, konservatif, atau terlalu benar.
b.      Orang tua hanya memberikan nasihat, tanpa memberikan contoh yang mendukung nasihat tersebut.
c.       Orang tua terlalu mementingkan pekerjaan di kantor, organisasi, dan lain sebagainya.
d.      Orang tua mengutamakan pemenuhan kebutuhan material belaka.
e.       Orang tua lazimnya mau “ menangnya” sendiri (artinya, tidak mau menyesuaikan diri dengan kebutuhan dasar remaja yang mungkin berbeda.)
Susasana keluarga yang positif bagi motivasi dan keberhasilan studi adalah keadaan yang menyebabkan anak atau remaja merasa dirinya aman atau damai bila berada di tengah keluarga tersebut. Suasana tersebut biasanya terganggu apabila :
a.       Tidak ada saling pengertian atau pemahaman mengenai dasar-dasar kehidupan bersama.
b.      Terjadinya konflik mengenai otonomi, disatu pihak orang tua dingin agar anaknya dapat mandiri, namun di dalam kenyataannya mereka mengekangnya.
c.       Terjadinya konflik nilai nilai yang tidak diserasikan (misalnya, kalau nilai kebendaan terlalu menonjol seyogyanya hal itu tidak diganti dengan nilai keakhlakan namun diserasikan).
d.      Pengendalian dan pengawasan orang tua yang berlebih-lebihan.
e.       Tidak adanya rasa kebersamaan dalam keluarga.
f.       Terjadinya masalah dalam hubungan antara ayah dengan ibu sebagai suami dan istri.
g.      Jumlah anak yang banyak tidak didukung fasilitas yang memadai.
h.      Campur tangan pihak luar (baik kerabat maupun bukan kerabat).
i.        Status sosial ekonomis yang dibawah standar minimal.
j.        Pekerjaan orang tua (misalnya, kedudukan istri lebih tinggi dari suami sehingga penghasilannya juga lebih besar, yang tidak mustahil akan mengakibatkan bahwa suami merasa rendah diri dan menyalurkannya ke arah yang negatif.)
k.      Aspirasi orang tua yang kadang-kadang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
l.        Konsepsi mengenai peranan keluarga serta anggota keluarga yang meleset dari kenyataan yang ada.
m.    Timbulnya favoritisme di kalangan anggota keluarga.
n.      Pecahnya keluarga karena konflik antara suami dan istri yang tidak mungkin lagi diatasi.
o.      Persaingan yang sangat tajam antara anak-anak, sehingga menimbulkan pertikaian.
BAB IV
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik anatara dua orang atau lebih,  dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.

Syarat – Syarat Interaksi Sosial
1.      Kontak Sosial
Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih dengan orang lain melalui komuniksi tentang maksud dan tujuan masing – masing dalam kehidupan masyarakat.
2.      Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain, sehinggga terjadi pengertian bersama.

Faktor-faktor terjadinya interaksi sosial
1.      Imitasi
Imitasi adalah suatu proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain.
2.      Sugesti
Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersenbut tanpa berpikir panjang .
3.      Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjasi “sama” dengan pihik lain.
4.      Simpati
Simpati adalah perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya merasa seolah-olah berada di dalam keadaan orang lain.
Interaksi sosial memiliki ciri-ciri antara lain:
1.      Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
2.      Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontakn sosial
3.      Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
4.      Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
Interaksi sosial memiliki ciri-ciri antara lain:
1.      Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
2.      Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontakn sosial
3.      Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
4.      Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
Bentuk-bentuk Interaksi sosial
Interaksi sosial dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
1.      Proses yang Asosiatif (processes of association)
2.      Proses yang Disosiatif (processes of dissociation)

Interaksi dalam keluarga sangatlah penting bagi perkembangan seorang remaja, karena keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak. Hubungan keharmonisan antara anak dan keluarga khususnya anak dan orang tua merupakan salah satu faktor keberhasilan interaksi dalam keluarga.

B.       Saran
Melihat fenomena tersebut ada beberapa hal yang dapat kami berikan sebagai saran. Bagi remaja, anggaplah keluarga khususnya orang tua sebagai sahabat dan terbukalah dalam segala hal, dan jangan malu untuk meminta saran karena orang tua adalah sosok yang lebih berpengalaman.
Sedangkan bagi orang tua, berperanlah layaknya seorang teman bagi anak-anaknya. Berikanlah kesempatan kepada anak untuk berbicara dan mengutarakan apa yang menjadi keinginan serta keluhan-keluhan apa yang dihadapi seorang anak dalam pergaulannya.
Apabila yang diutarakan anak tersebut positif, maka hendaknya didukung. Namun, apabila sesuatu tersebut negatif maka arahkanlah dengan cara-cara yang halus dan tidak terkesan menggurui.


DAFTAR PUSTAKA
Dhohiri, Taufik Rohman, dkk. 2006. Sosiologi 1 Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta : Yudistira.
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Wibowo, Rohad. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
Selasa,15 maret 2011 . pukul : 17:35. kuliahpsikologi.dekrizky.com/.../pengertian-interaksi-sosial-menurut-para-ahli-kompak -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar