BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Suatu
tinjauan sosialogis berarti sorotan yang didasarkan antar hubungan manusia,
hubungan antar kelompok serta hubungan antara manusia dengan kelompok, di dalam
proses kehidupan bermasyarakat. Di dalam pola hubungan-hubungan tersebut yang
lazim disebut interaksi sosial-anak dan remaja merupakan salah satu pihak, di
samping pihak-pihak lain. Pihak-pihak tersebut saling mempengaruhi sehingga
terbentuklah kepribadian-kepribadian tertentu sebagai akibatnya.
Proses
saling mempengaruhi melibatkan unsur-unsur yang baik dan benar, serta
unsur-unsur lain yang dianggap salah dan buruk. Unsur-unsur yang lebih
berpengaruh biasanya tergantung mentalitas pihak yang menerima. Artinya, sampai
sejauh manakah pihak penerima mampu menyaring unsur-unsur luar diterimanya
melalui proses pengaruh mempengaruhi.
Untuk
itu, kami mengambil judul makalah ini agar dapat memberikan informasi lebih
lanjut tentang interaksi sosial kepada para pembaca.
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui pengertian dari interaksi
sosial
2.
Mengetahui syarat-syarat terjadinya
interaksi sosial
3.
Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya interaksi sosial
4.
Mengetahui ciri-ciri interaksi sosial
5.
Mengetahui bentuk-bentuk interaksi
sosial
C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam penulisan
makalah ini, kami memberikan pembatasan kepada:
1.
Pengertian interaksi sosial menurut
beberapa ahli
2.
Syarat-syarat interaksi sosial
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya interaksi sosial
4.
Ciri-ciri interaksi sosial
5.
Bentuk-bentuk interaksi sosial
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini
adalah dengan studi kepustakaan, yaitu kami memperoleh informasi dari buku-buku yang
berisikan materi-materi tentang interaksi sosial dan beberapa materi yang
diperoleh dari internet.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I. Pendahuluan. Berisi latar
belakang, tujuan, pembatasan masalah,teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II. Pembahasan.
Pengertian interaksi sosial, syarat-syarat interaksi sosial, faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya interaksi sosial, ciri-ciri interaksi sosial,
bentuk-bentuk interaksi sosial,
BAB III. Studi Kasus.
BAB IV. Penutup. Berisi kesimpulan dan saran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Interaksi Sosial menurut para ahli
1. Homan
Interaksi sosial adalah suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi
tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.
2.
Shaw
Interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi
yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam
kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain.
3.
Thibaut dan Kelley
Interaksi sosial adalah peristiwa saling mempengaruhi satu sama
lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil
satu sam lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi,
tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
4.
Bonner
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang atau
lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau
mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.
Dari pengertian pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa, interaksi sosial adalah hubungan timbal balik anatara dua orang atau
lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara
aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak-
pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi.
B.
Syarat
– Syarat Interaksi Sosial
1. Kontak
Sosial
Kontak
sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih dengan orang lain melalui
komuniksi tentang maksud dan tujuan masing – masing dalam kehidupan masyarakat.
Kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung antara satu
pihak dan pihak lainnya.
Kotak
sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut :
a. Antarindividu,
misalnya anak kecil mempelajari kebiasaan – kebiasaan dalam keluarganya. Proses
tersebut terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu proses anggota masyarakat
yang baru mempelajari norma – norma dan nilai – nilai masyarakat.
b. Antara
individu dan kelompok manusia atau sebaliknya, misalnya, seseorang merasa bahwa
tindakan – tindakannya berlawanan dengan norma – norma masyarakat, atau apabila
suatu partai politik memaksa anggota – anggotanya untuk menyesuaikan diri
dengan ideologi dan programnya.
c. Antara
suatu kelompok manusia dan kelompok manusia lainnya. Misalnya, dua partai
politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan partai politik yang lainnya di
dalam pemilihan umum. Atau, apabila dua buah perusahaan mengadakan suatu kontak
atau perjanjian tertentu.
Kontak sosial tentu saja dapat
bersifat positif ataupun negatif. Yang bersifat positif mengarah pada suatu
kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif, mengarah pada suatu pertentangan
atau konflik, bahkan pemutusan interaksi sosial.
Kontsk sosial juga dibedakan atas
kontak sosial primer dan sekunder. Kontak sosial [rimer adalah kontak sosial
bertatap muka, bertemu, jabat tangan, bercakap – cakap antarapihak yang melakukan
kontak sosial. Kontak sosial sekunder adalah kontak yang tidak langsung,
membutuhkan perantara.
2. Komunikasi
adalah proses penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain, sehinggga
terjadi pengertian bersama. Arti yang terpenting dari komunikasi adalah bahwa
seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain ( yang berwujud
pembicaraan, sikap ) perasaan – perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang
tersebut.
C.
Faktor-faktor
terjadinya interaksi sosial
1.
Imitasi
Imitasi adalah suatu
proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain. Dalam
interaksi sosial, imitasi dapat bersifat positif, artinya imitasi orang
tersebut mendorong seseorang untuk mematuhai kaida-kaidah dan nilai-nilai yang
berlaku.
Faktor yang mempercepat proses
imitasi, yaitu:
a.
Media
audio visual seperti radio dan televise serta media cetak.
b. Makin kompleksnya masyarakat dan
makin tingginya interaksi sosial.
Misalnya, seorang anak mencontoh cara-cara
orang yang lebih tua dalam bersikap sopan santun. Dalam hal ini, faktor imitasi
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial.
Namun,
imitasi juga dapat berpengaruh negative, apabila yang dicontoh itu adalah
perilaku-perilaku mennyimpang. Misalnya, seorang anak menjadi nakal karen
bergaul dengan kelompok anak-anak nakal. Selain itu, imitasi juga dapat
melemahkan atau mematikan kreativitas seseoarang. Misalnya, anak yang
terus-menerus mengikuti perintah dan kehendak orang lain akhirnya tidak dapat
mengembangkan daya kreasinya sendiri.
2.
Sugesti
Sugesti adalah cara
pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan
cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersenbut
tanpa berpikir panjang . Sugesti terjadi karena pihak yang menerima anjuran itu
tergugah secara emosional dan biasanya emosi ini menghambat daya pikir
rasionalnya.
Sugesti
akan berlangsung cepat atau lambat dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
a.Usia
b.Kemampuanintelektual
c. Keadaan fisik
d. Kepribadian
Orang untuk tersugesti diantaranya sebagai berikut :
a. Kurang bersikap kritis
b. Berpendidikan rendah
c. Pemberi sugesti mempunyai otoritas. Contohnya nasihat ulama akan lebih didengar dan dipatuhi dari pada nasihat tokoh intelektual.
d. Orang yang dalam keadaan ragu-ragu.
a.Usia
b.Kemampuanintelektual
c. Keadaan fisik
d. Kepribadian
Orang untuk tersugesti diantaranya sebagai berikut :
a. Kurang bersikap kritis
b. Berpendidikan rendah
c. Pemberi sugesti mempunyai otoritas. Contohnya nasihat ulama akan lebih didengar dan dipatuhi dari pada nasihat tokoh intelektual.
d. Orang yang dalam keadaan ragu-ragu.
Proses sugesti lebih
mudah terjadi apabila orang yang memberikan pandangan itu adalah orang yang
berwibawa atau bersifat otoriter, serta jika yang memberikan pandangan dan
sikap adalah kelompok atau masyarakat. Misalnya, seorang anak lulusan SMP
melanjutkan sekolahnya ke SMA karena ajakan dari teman-temannya yang memilih SMA
meskipun sebenarnya anak tersebut memilih SMK. Teman-temannya mengatakan bahwa
dengan masuk SMA peluang untuk mendapatkan jabatan lebih besar.
3.
Identifikasi
Identifikasi adalah
kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjasi “sama” dengan
pihik lain. Identifikasi lebih mendalam daripada imitasi karena dengan
identifikasi seseorang mencoba menempatkan diri dalam keadaan orang lain,
“mengidentifikasikan” dirinya dengan orang lain bahkan menerima kepercayaan dan
nilai yang dianut orang lain menjadi kepercayaan dan nilainya sendiri. Jadi,
proses identifikasi dapat membentuk kepribadian seseorang.
Proses identifikasi
dapat berlangsung tanpa sengaja atau dengan sengaja, karena biasanya orang
memerlukan tipe-tipe idela tertentu di dalam hidup. MIsalnya, seseorang merasa
sedih melihat orang lain yang menglami musibah atau merasa iba melihat orang
cacat. Atau seorang pemuda mengikuti mode potongan rambut panjang karena
menurutnya hal itu sudah menjadi mode kesukaan para bintang film terkenal.
4.
Simpati
Simpati adalah
perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya merasa
seolah-olah berada di dalam keadaan orang lain. Misalnya, seseorang merasa
sedih melihat penderitaan orang lain yang ditimpa musibah, seseorang
mereproduksikan di dalam diri sendiri perasaan pihak lain berupa kasih sayang.
Jadi simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak
lain.
Dalam hal tertentu
simpati hampir sama dengan identifikasi, yakni kecenderungan menempatkan diri
dalam keadaan orang lain. Perbedaannya adalah bahwa di dalam simpati, perasaan
memegang peranan penting walupun dorongan utama adalah keinginan untuk memahami
pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya tanpa memandang status atau
kedudukan. Sedangkan identifikasi didorong oleh keinginan untuk menjadi sama
dengan pihak lain yang dianggap mempunyai kelebihan atau kemampuan tertentu
yang layak ditiru.
D.
Ciri-ciri Interaksi
sosial
Interaksi
sosial memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Jumlah
pelakunya lebih dari satu orang
2. Terjadinya
komunikasi di antara pelaku melalui kontakn sosial
3. Mempunyai
maksud atau tujuan yang jelas
4. Dilaksanakan
melalui suatu pola sistem sosial tertentu
Pada pola sistem
sosial nantinya akan menciptakan suatu pola hubungan sosial yang relatif baku
atau tetap apabila interaksi sosial itu terjadi berulang-ulang dalam kurun
waktu yang relatif lama dan di antara para pelaku yang relatif sama. Pola
seperti ini dapat dijumpai dalam bentuk sistem nilai dan norma.
Pola yang
melandasi sistem sosial memiliki beberapa syarat antara lain:
1. Tujuan
yang jelas
2. Kebutuhan
yang jelas dan bermanfaat
3. Adanya
kesesuaiaan yang berhasil guna
4. Adanya
kesesuaiaan dengan kaidah-kaidah sosial yang berlaku
Adanya pola
ideal tersebut benar-benar melandasi hubungan interaksi sosial dalam kehidupan
masyarakat, maka akan tercipta suatu keteraturan sosial. Sebaliknya, apabila
pola ideal tersebut dilanggar, maka akan tercipta ketidakteraturan sosial yang akan
menggoyahkan sendi-sendi kehidupan masyarakat.
E.
Bentuk-bentuk
Interaksi sosial
Interaksi sosial dapat digolongkan menjadi dua yaitu
:
1.
Proses yang Asosiatif (processes of
association)
a. Kerja Sama (Cooperation)
adalah berusaha bersama antara orang
perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
b.
Akomodasi (Accomodation)
adalah adanya keseimbangan interaksi
sosial dalam kaitannya dengan nilai dan
norma yang ada di dalam masyarakat.
Bentuk
akomodasi yaitu :
1) Koersi
Adalah akomodasi yang
terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang
lebih lemah.
2) Kompromi
Adalah suatu bentuk
akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar
tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
3) Arbitrasi
Adalah suatu bentuk
akomodasi apabila pihak-pihak yang
berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri.
4) Mediasi
Adalah suatu bentuk
akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi.Namun, pihak ketiga yang bertindak
sebagai penengah atau juru damai tidak mempunyai wewenang memberi
keputusan-keputusan penyelesaian antara kedua belah pihak.
5) Konsiliasi
Adalah suatu bentuk
akomodasi untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang
berselisih demi tercapainya persetujuan bersama.
6) Toleransi
Adalah suatu bentuk
akomodasi tanpa persetujuan yang bentuknya formal.
7) Stalemate
Adalah suatu bentuk
akomodasi, dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang
seimbang, berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
8) Ajudikasi
Adalah penyelesaian masalah atau
sengketa melalui pengadilan atau jalur hukum.
2. Proses
yang Disosiatif (processes of
dissociation)
a.Persaingan (Competition)
b.Pertentangan atau pertikaian yang meliputi
:
1) Kontravensi
(Contravention)
adalah proses sosial yang ditandai
ketidakpastian, keraguan, penolakan dll yang tidak diungkapkan secara terbuka.
2) Konflik
(Conflik)
adalah pertikaian antar individu.
BAB III
STUDI KASUS
Keluarga merupakan satuan sosial
yang paling dasar dan terkecil di dalam masyarakat. Keluarga dapat hanya
terdiri dari atas dua orang, yaitu suami dan istri, atau ditambah dengan adanya
anak-anak, baik yang dilahirkan ataupun diadopsi. Keluarga mempunyai perbedaan
yang nyata dari organisasi sosial yang lainnya.
Seiring dengan tumbuh kembang anak,
mereka berangsur-angsur tumbuh menjadi sosok seorang remaja yang merupakan masa
pengalihan antara anak-anak menuju dewasa. Dalam fase ini, interaksi sosial
dalam keluarga sangat dibutuhkan bagi remaja untuk dapat melewati fase-fase
sulitnya.
Usia remaja adalah usia yang labil,
di mana peran keluarga khususnya orang tua sangat dibutuhkan dalam proses
perkembangannya.
Akhir-akhir ini, marak terjadi
suatu kondisi di mana remaja banyak terjerumus dalam hal-hal yang negatif,
seperti pergaulan bebas yang berujung pada hamil di luar nikah. Dalam hal ini,
salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya interaksi dalam keluarga.
Di dalam keadan yang normal,
lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya,
saudara-saudaranya yang lebih tua (kalau ada) serta mungkin kerabat dekatnya
yang tinggal serumah. Melalui lingkungan itulah si anak mengenal dunia
sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Melalui
lingkungan itulah anak mengalami proses sosialisasi awal. Orang tua, saudara,
maupun kerabat terdekat lazimnya mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak
supaya anak memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik,
melalui penananaman disiplin dan kebebasan serta penyerasiannya. Pada saat ini
orang tua, saudara, maupun kerabat (secara sadar atau setengah sadar) melakukan
sosialisasi yang biasa diterapkan melalui kasih sayang. Atas dasar kasih sayang
itu, anak dididik untuk mengenal nilai-nilai tertentu, seperti nilai ketertiban
dan ketentraman, nilai kebendaan, dan keakhlakan, nilai kelestarian dan
kebaruan, dan seterusnya.
Pada nilai ketertiban dan
ketentraman ditanamkan perilaku disipliner dan perilaku bebas yang senantiasa
harus diserasikan. Umpamanya, si anak yang lapar boleh makan dan minum sampai
kenyang, tetapi pada waktu-waktu tertentu anak boleh bermain sepuas-puasanya
tetapi ia harus berhenti bermain apabila waktu makan telah tiba. Nilai
kebendaan dan nilai keakhlakan serta penyerasian, misalnya dapat di tanamkan
dengan jalan membelikan mainan yang diinginkannya, tetapi mainan itu harus
dipelihara baik-baik agar tidak cepat rusak. Kalau mainan itu rusak, orang tua
harus dapat menahan diri untuk segera membelikan mainan yang baru. Melalui
cara-cara itu pula nilai kelestarian dan kebaruan dapat ditanamkan melaui
perilaku teladan yang sederhana.
Apabila usia anak meningkat keumur
remaja, penanan nilai-nilai tersebut di atas harus tetap dipertahankan, tetapi
dengan cara-cara lain. Sesuai dengan pertumbuhan jiwa remaja tersebut. Secara
psikologis usia remaja merupakan umur yang dianggap “gawat”, karena yang
bersangkutan sedang mencari identitasnya. Untuk itu, harus tersedia tokoh-tokoh
ideal yang pola perilakunya terpuji. Pertama-tama, dia akan berpaling pada
lingkungan yang terdekat dengannya, yakni orang tua, saudara-saudaranya, dan
mungkin kerabat dekatnya. Apabila identitasnya tidak terpenuhi oleh lingkungan
terdekatnya, dia akan berpaling kelingkungan lain (yang belum tentu benar dan
baik). Oleh karena itu, lingkungan terdekat, senantiasa harus siap membantu
sang remaja. Remaja lebih banyak memerlukan pengertian dari pada sekedar
pengetahuan saja, dia harus mengerti mengapa manusia tidak boleh terlalu bebas
dan juga tidak boleh terlalu terikat (=disiplin). Memang, orang tua
kadang-kadang lebih mementingkandisiplin atau keterikatan daripada kebebasan,
sedangkan remaja lebih menyukai kebebasan daripada disiplin atau keterikatan.
Namun, manusia memerlukan keduan dalam keadaan yang serasi, manusia yang
terlalu disiplin hanya akan menjadi “robot” yang mati daya kreativitasnya,
sedangkan manusia yang terlalu bebas akan menjadi makhluk lain (yang bukan
manusia).
Tumbuhnya motivasi dan keberhasilan
studi justru ditunjang oleh keserasian-keserasian tersebut di atas. Kalau pada
anak, orang tualah yang harus menanamkan agar si anak berpengetahuan, sedangkan
pada remaja orang tua harus memberikan pengertian melalui cara-cara yang
dewasa. Anak atau remaja yang diharuskan belajar terus menerus atau dibebani
dengan kewajiban mengikuti pelajaran tambahan (les) atau keterampilan tertentu
akan mengakibatkan kebosanan, sehingga pekerjaan tersebut dianggapnya sebagai
kegiatan rutin belaka. Dia tidak sempat mengenyam kebebasan berpikir karena selalu
dibebani dengan keterikatan, dimana orang tua senantiasa memegang peranan yang
menentukan di dalam mengambil keputusan-keputusan. Anak atau remaja tersebut
hanya dilatih untuk berpikir semata-mata tanpa mendidiknya agar senantiasa
menyerasikan pikiran dengan perasaan.
Membiarkan anak remaja bersikap
tidak semaunya juga buruk dan tidak benar. Mereka memerlukan tuntunan orang
tua, saudara-saudaranya, maupun kerabat dekatnya tetapi tuntutan itu tidak
diperolehnya. Lingkungan yang berpola pikiran demikian juga tidak menghasilkan
pengaruh yang menunjang tumbuhnya motivasi dan keberhasilan studi karena
dilepas begitu saja. Kritik para remaja biasanya tertuju pada hal-hal sebagai
berikut.
a. Orang
tua terlalu, konservatif, atau terlalu benar.
b. Orang
tua hanya memberikan nasihat, tanpa memberikan contoh yang mendukung nasihat
tersebut.
c. Orang
tua terlalu mementingkan pekerjaan di kantor, organisasi, dan lain sebagainya.
d. Orang
tua mengutamakan pemenuhan kebutuhan material belaka.
e. Orang
tua lazimnya mau “ menangnya” sendiri (artinya, tidak mau menyesuaikan diri
dengan kebutuhan dasar remaja yang mungkin berbeda.)
Susasana keluarga yang positif bagi
motivasi dan keberhasilan studi adalah keadaan yang menyebabkan anak atau
remaja merasa dirinya aman atau damai bila berada di tengah keluarga tersebut.
Suasana tersebut biasanya terganggu apabila :
a. Tidak
ada saling pengertian atau pemahaman mengenai dasar-dasar kehidupan bersama.
b. Terjadinya
konflik mengenai otonomi, disatu pihak orang tua dingin agar anaknya dapat
mandiri, namun di dalam kenyataannya mereka mengekangnya.
c. Terjadinya
konflik nilai nilai yang tidak diserasikan (misalnya, kalau nilai kebendaan
terlalu menonjol seyogyanya hal itu tidak diganti dengan nilai keakhlakan namun
diserasikan).
d. Pengendalian
dan pengawasan orang tua yang berlebih-lebihan.
e. Tidak
adanya rasa kebersamaan dalam keluarga.
f. Terjadinya
masalah dalam hubungan antara ayah dengan ibu sebagai suami dan istri.
g. Jumlah
anak yang banyak tidak didukung fasilitas yang memadai.
h. Campur
tangan pihak luar (baik kerabat maupun bukan kerabat).
i.
Status sosial ekonomis yang dibawah
standar minimal.
j.
Pekerjaan orang tua (misalnya, kedudukan
istri lebih tinggi dari suami sehingga penghasilannya juga lebih besar, yang
tidak mustahil akan mengakibatkan bahwa suami merasa rendah diri dan
menyalurkannya ke arah yang negatif.)
k. Aspirasi
orang tua yang kadang-kadang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
l.
Konsepsi mengenai peranan keluarga serta
anggota keluarga yang meleset dari kenyataan yang ada.
m. Timbulnya
favoritisme di kalangan anggota keluarga.
n. Pecahnya
keluarga karena konflik antara suami dan istri yang tidak mungkin lagi diatasi.
o. Persaingan
yang sangat tajam antara anak-anak, sehingga menimbulkan pertikaian.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Interaksi
sosial adalah hubungan timbal balik anatara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di
dalamnya memainkan peran secara aktif.
Syarat
– Syarat Interaksi Sosial
1.
Kontak Sosial
Kontak
sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih dengan orang lain melalui
komuniksi tentang maksud dan tujuan masing – masing dalam kehidupan masyarakat.
2.
Komunikasi adalah proses penyampaian
pesan dari satu pihak kepada pihak lain, sehinggga terjadi pengertian bersama.
Faktor-faktor terjadinya interaksi sosial
1.
Imitasi
Imitasi adalah suatu
proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain.
2.
Sugesti
Sugesti adalah cara
pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan
cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersenbut
tanpa berpikir panjang .
3.
Identifikasi
Identifikasi adalah
kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjasi “sama” dengan
pihik lain.
4.
Simpati
Simpati adalah perasaan tertarik yang timbul
dalam diri seseorang dan membuatnya merasa seolah-olah berada di dalam keadaan
orang lain.
Interaksi
sosial memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Jumlah
pelakunya lebih dari satu orang
2. Terjadinya
komunikasi di antara pelaku melalui kontakn sosial
3. Mempunyai
maksud atau tujuan yang jelas
4. Dilaksanakan
melalui suatu pola sistem sosial tertentu
Interaksi
sosial memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Jumlah
pelakunya lebih dari satu orang
2. Terjadinya
komunikasi di antara pelaku melalui kontakn sosial
3. Mempunyai
maksud atau tujuan yang jelas
4. Dilaksanakan
melalui suatu pola sistem sosial tertentu
Bentuk-bentuk Interaksi sosial
Interaksi sosial dapat digolongkan menjadi dua yaitu
:
1. Proses
yang Asosiatif (processes of association)
2. Proses
yang Disosiatif (processes of
dissociation)
Interaksi dalam
keluarga sangatlah penting bagi perkembangan seorang remaja, karena keluarga
merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak. Hubungan keharmonisan antara
anak dan keluarga khususnya anak dan orang tua merupakan salah satu faktor
keberhasilan interaksi dalam keluarga.
B.
Saran
Melihat
fenomena tersebut ada beberapa hal yang dapat kami berikan sebagai saran. Bagi
remaja, anggaplah keluarga khususnya orang tua sebagai sahabat dan terbukalah
dalam segala hal, dan jangan malu untuk meminta saran karena orang tua adalah
sosok yang lebih berpengalaman.
Sedangkan
bagi orang tua, berperanlah layaknya seorang teman bagi anak-anaknya.
Berikanlah kesempatan kepada anak untuk berbicara dan mengutarakan apa yang
menjadi keinginan serta keluhan-keluhan apa yang dihadapi seorang anak dalam
pergaulannya.
Apabila
yang diutarakan anak tersebut positif, maka hendaknya didukung. Namun, apabila
sesuatu tersebut negatif maka arahkanlah dengan cara-cara yang halus dan tidak
terkesan menggurui.
DAFTAR PUSTAKA
Dhohiri, Taufik Rohman,
dkk. 2006. Sosiologi 1 Suatu Kajian
Kehidupan Masyarakat. Jakarta : Yudistira.
Soekanto, Soerjono. 2007.
Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :
PT. RajaGrafindo Persada.
Wibowo, Rohad. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi.
Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
Selasa,15 maret 2011 . pukul :
17:35. kuliahpsikologi.dekrizky.com/.../pengertian-interaksi-sosial-menurut-para-ahli-kompak
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar