BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Keluarga adalah lingkungan yang terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan
darah. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah dan ibu sebagai orang tua dan
anak.
Keluarga
sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu,
memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.
Dalam
keluarga seyogyanya terjadi komunikasi. Komunikasi merupakan proses penyampaian
informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikan dengan media tertentu
dan menimbulkan efek tertentu. Efek yang dihasilkan dalam komunikasi dapat
berupa tanggapan maupun umpan balik. Umpan balik yang diberikan anak kepada
orang tua cukup beragam, tergantung pada keinginan dan sifat dasar anak. Umpan
balik dapat berupa sikap atau sekedar tanggapan sementara.
Sementara itu, komunikator adalah individu yang mengambil prakarsa ataupun
sedang melakukan komunikasi dengan individu atau kelompok yang lain. Fungsi
komunikator adalah mengatur perasaan dan pikirannya dalam bentuk penyusunan
pesan untuk membuat komunikasi.
B. Rumusan
masalah
1.
ciri-ciri belajar apa saja yang ada pada anak?
2.
Macam-macam belajar seperti apa yang terjadi pada
anak?
3.
Bagaimana pola belajar pada anak yang efektif?
4.
Bagaimana peran orang tua terhadap pola belajar anak?
BAB II
KAJIAN TEORI
Penegrtian Komunikasi Interpersonal
Komuniasi interpersonal adalah
komunikasi yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih baik langsung maupun tidak langsung untuk mencapai suatu tujuan
bersama.
Ada dua indikator yang menentukan kredibilitas
komunikator, yakni :
1.
Keahlian, yaitu kesan yang dibentuk komunikan tentang
kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topic atau pesan
yangdisampaikannya kepada komunikan
2.
Kepercayaan, yaitu tingkat yang menunjukkan sejauh
mana seorang sumber dipercaya dan mampu mengkomukasikan pendiriannya tanpa prasangka.
Karakteristik pesan adalah sebagai berikut:
1.
Pesan-pesan / ajakan-ajakan disampaikan kepada
masyarakat atau pihak-pihak tertentu harus dapat menstimulir sesuatu pada
sasaran
2.
Bahwa pesan-pesan/ajakan-ajakan itu tentunya harus
berisi lambang-lambang atau tanda-tanda komunikasi yang sesuai dengan daya
tangkap,daya serap dan daya tafsir dari sebagian besar masyarakat atau
golongan-golongan tertentu3)
3.
Bahwa pesan-pesan/ajakan-ajakan itu tentunya harus
dapat membangkitkan keperluan atau kepentingan tertentu pada sasarannya dan
kemudian menyarankan nusaha dan upaya dalam situasi dan norma kelompok dimasa sasaran itu
berada4)
4.
Bahwa pesan-pesan/ajakan-ajakan itu tentunya harus
dapat membangkitkan harapan-harapan tertentu.
Sikap merupakan gejala psikologis,
demikin halnya dengan perubahan sikap adalah sebagian gejala psikologis yang
secara wajar terjadi dalam kehidupanmanusia.Membahas hubungan antara komunikasi
interpersonal terhadap sikap padahakikatnya juga membicarakan gejala
psikologis. Krech (1962:216) dalam pandangannya mengenai pengaruh komunikasi
interperson terhadap perubahansikap pada individu, mengatakan sebagai fenomena
psikologis dan terjadi dalamdua arah.
1.
Arah yang pertama bersifatincronguent, yaitu perubahan
sikap yangmenuju kearah bertentangan dengan sikap semula. Perubahan yang
terjadiadalah perubahan dari sikap negative kearah positif, dan begitu
sebaliknya
2.
Arah yang kedua bersifat congruent , yaitu
perubahan sikap yang sejalan atau tidak bertentangan dengan sikap semula
Teori tentang sikap sebagaimana
dikemukakan oleh Allport (dalamAzwar, 1988: 19) menjelasakan bahwa sikap terdiri
dari tiga komponen yakni:
1.
Komponen kognitif: berhubungan dengan pengetahuan dan
pemahamanseseorang
2.
Komponen afektif: merupakan suatu keadaan yang
bersifat emosionaldalam hubungannya dengan objek/situasi tertentu
3.
Komponen konatif: menunjukkan kecenderungan
berperilaku yang adadalam diri seorang berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapi
Prinsip
dasar dari komunikasi interpersonal adalah, bahwa pihak-pihak yang
terlibat dalam komunikasi pasti akan memperoleh pengalaman. Hal inidisebabkan
esensi komunikasi interpersonal adalah proses transaksi simbol-simbol.
Misalnya, ketika si A berkomunikasi secara interpersonal dengan si Bmaka
keduanya akan memperoleh pengalamn baru yang disebab kan oleh adanya stimuli simbol
yang di transaksikan
Berbagai pendekatan
mencapai perubahan yaitu:
1.
Informative
Pendekatan
informative pada hakikatnya komunikasi hanyamenyampaikan informasi kepada
komunikan.
2.
Dialogis
Ciri komunikasi interpersonal dengan pendekatan
dialogis adalahterjadinya percakapan atau dialog, menuju proses sebagai
informasi.
3.
Persuasive
Proses
dimana seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan untuk mempengaruhi,
mengubah pandangan, sikap dan perilaku oranglain/kelompok orang (komunikan)
dengan cara halus yaitu membujuk
4.
Instruktif
Pendekatan
ini dinamakan pula koersif. Pendekatan instuktif atau koersif menekankan
pada memposisikan komunikator dalam posisi tawar yangtinngi, dimana dia dapat
legitimasi untuk memerintahkan, mengajarkan, dan bahkan menyatakan ide kepada
komunikan.
BAB III
STUDI KASUS
Pada saat seorang manusia menjadi
anak-anak, maka orang tua menjadi komunikator yang paling dekat. Anak sekedar
menerima atau meniru apa yang dilihat dari orang tuanya.
Demikian halnya dalam hal belajar. Belajar merupakan
suatu usaha yang disengaja untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik.
Dalam hal ini cara orang tua dalam
mengajari anak lah yang paling berperan dalam membentuk karakter anak dalam
belajar. Di antara ciri-ciri belajar adalah:
1. Adanya
kesadaran perubahan kecakapan pada dirinya
2. Belajar
bersifat komprehensif atau terus menerus
3. Terjadi
perubahan positif
4. Perubahan
terjadi secara kontinyu
5. Perubahan
bersifat terarah
6. Perubahan
terjadi di banyak segi
Aktifitas belajar bermacam-macam,
seperti: mendengar, melihat, mencatat, membaca, mengingat, dan mempraktikan.
Aktifitas inilah yang kemudian berubah setiap waktu seiring dengan perkembangan
usia anak. Orang tua harus memahami fase-fase usia anak terhadap model
aktifitas yang tepat.
Macam-macam
cara belajar pada anak antara lain:
1. Visual
(belajar dengan cara melihat)
Metode
pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak atau di titik beratkan
pada peragaan atau media agar siswa dapat menggambarkannya dipapan tulis. Anak
yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka
gurunya untuk mengerti materi pekajaran. Mereka cenderung duduk didepan atau
melihat dengan jelas. Mereka berfikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka
dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tamilan-tampilan visual seperti
diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas anak visual lebih
suka mencatat sampai detail untuk mendapatkan informasi.
Ciri-ciri
belajar Visual:
a. Bicara
agak cepat
b. Mengingat
yang dilihat dari pada yang didengar
c. Tidak
mudah terganngu oleh keributan
2. Auditori
(belajar dengan cara mendengar)
Metode ini mengandalkan
kesuksesan belajar melalui telinga (alat pendengaran), untuk itu guru sebaiknya
harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak dengan gaya
ini lebih cepat belajar dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa
yang guru katakan. Informasi yang tertulis terkadang mempunyai makna yang minim
bagi anak auditori. Anak seperti ini biasanya menghafal lebih cepat dengna
membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
Ciri-ciri belajar
Auditori:
a. Mudah
terganggu oleh keributan
b. Menggerakkan
bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca
c. Lebih
pandai mengeca lebih keras dari pada menulisnya
3. Kinestetik
(belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan mnyentuh)
Cara belajra ini
cenderung aktif , anak sulit untuk duduk berdiam berjam-jam dan hanya
mendengarkan, mereka cenderung aktif dalam mendengaekan pelajaran seperti
melakukan gerakan atau sentuhan.
Ciri-ciri belajar
Knestetik:
a. Berbicara
perlahan
b. Tidak
terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
c. Menghafal
dengan cara berjalan dan melihat
Pada umumnya
pola belajar anak di rumah, usai dari sekolah adalah: mempelajari apa yang akan
diberikan esok hari; membuat PR untuk esok hari. Pola belajar ini disebut
reaktif, artinya anak bereaksi atas apa yang diberikan guru. Pola belajar ini
sekadar memenuhi apa yang ditugaskan guru. Ini adalah pola yang mengesankan
"sekolah adalah kepentingan guru" (dan mungkin juga kepentingan orang
tua). Pola demikian dapat menyebabkan kesukaan belajar jadi pupus. Belajar
adalah kewajiban, belajar adalah beban. Pola ini mengumpulkan daya kreativitas,
karena hanya sebatas "menyelesaikan apa yang ditugaskan kepadanya";
anak menjadi budak proses belajar.
Metode yang dapat membantu anak menjadi
kreatif ialah dengan mengubah pola belajar sebagai berikut :
1.
Buatlah belajar sebagai suatu tantangan
bagi anak. Belajar adalah kepentingan saya, bukan kepentingan guru atau ortu.
Kalau saya belajar, itu bukan karena saya ditugaskan dan diwajibkan, melainkan
karena saya suka itu. Anak menjadi pemilik/majikan proses belajar.
2.
Mulailah dengan mengubah pola belajar di
rumah. Pola belajar ini disebut pola belajar yang proaktif.
Ketika anak
pulang dari sekolah, ajaklah, dan biasakanlah ia "meresume" apa pun
yang didapatkan hari itu di sekolah. Meresume artinya mempelajari ulang, lalu
menuliskan secara singkat dengan bahasanya sendiri, sedemikian sehingga minggu
depan, manakala mata pelajaran itu hendak diberikan lagi, atau menjelang ujian
atau ulangan harian, anak cukup dengan membaca resume yang ia buat sendiri.
Macam-macam
pola belajar
1. Pola
belajar reaktif, pola belajar ini tidak memicu kreativitas sebab proses memori
hanya menempuh setengah jalan: apa yang diberikan guru ia usahakan masuk ke
dalam memori. Dengan kata lain, anak hanya menempuh satu jalan: hanya pergi,
hanya menerima ilmu dari luar, tanpa mengamalkannya.
2. Pola
belajar proaktif, pola belajar ini memicu anak menjadi kreatif sebab proses
memori menempuh satu jalan penuhapa yang diberikan guru, anak menuliskan ulang
dalam bentuk resumenya; dan inilah yang melatih anak menjadi kreatif. Dengan
kata lain, proses memori menempuh jalan "pergi-pulang" merupakan
sebuah siklus yang utuh. Pergi: anak menerima ilmu dari luar, pulang: anak
mengeluarkan kemampuannya untuk membuat resumenya. Ini adalah bentuk
"mengamalkan".
Pola proaktif
yang memicu kreativitas ini bisa dilakukan bukan hanya pada pola belajar,
melainkan juga dalam proses membaca: setiap kali membaca, kita membiasakan
membuat resume atas isi bacaan. Setiap kali kita nonton TV, kita membuat resume
atas isi sajian TV. Polanya satu jalan penuh, atau dua jalan: pergi-pulang.
Meresume bukan
menulis ulang seluruh bacaan atau seluruh sajian TV, melainkan menuliskan
ringkasannya saja, dalam 4-6 kalimat saja. Justru membuat ringkasan inilah yang
melatih kita menjadi kreatif, sebab ternyata meringkas sebuah bacaan untuk hanya
menjadi 4-6 kalimat membutuhkan daya kreativitas tinggi
Pola
Belajar Yang Efektif Pada Anak :
1.
Mencatat
pokok-pokok pelajaran
Ambil intisari atau kesimpulan dari setiap pelajaran yang sudah dibaca ulang. Kata-kata kunci inilah yang nanti berguna waktu kita mengulang pelajaran selama ujian.
Ambil intisari atau kesimpulan dari setiap pelajaran yang sudah dibaca ulang. Kata-kata kunci inilah yang nanti berguna waktu kita mengulang pelajaran selama ujian.
2.
Hapalkan kata-kata kunci
Buatlah kata-kata kunci dari setiap hapalan, supaya mudah diingat pada saat otak kita mulai berfikir.
Buatlah kata-kata kunci dari setiap hapalan, supaya mudah diingat pada saat otak kita mulai berfikir.
3.
Pilih waktu
belajar yang tepat
Waktu belajar yang paling enak adalah pada saaat badan kita masih segar. Pagi hari adalah waktu yang tepat untuk berkonsentrasi penuh. Gunakan saat ini untuk mengolah materi-materi baru. Sisa-sisa energi bisa digunakan untuk mengulang pelajaran dan mengerjakan pekerjaan rumah.
Waktu belajar yang paling enak adalah pada saaat badan kita masih segar. Pagi hari adalah waktu yang tepat untuk berkonsentrasi penuh. Gunakan saat ini untuk mengolah materi-materi baru. Sisa-sisa energi bisa digunakan untuk mengulang pelajaran dan mengerjakan pekerjaan rumah.
4.
Bangun suasana
belajar yang nyaman
Disini yang dimaksudkan adalah kondisi tempat dan ruangan. Kadang dengan mendengarkan musik suasana belajar menjad terbangun.
Disini yang dimaksudkan adalah kondisi tempat dan ruangan. Kadang dengan mendengarkan musik suasana belajar menjad terbangun.
5.
Bentuk Kelompok Belajar
Kegiatan ini berguna untuk keefektifan belajar. Dengan metode ini anak menjadi bisa berkomunikasi satu sama lain dan saling melakukan hubungan timbal balik dalam berpendapat.
Kegiatan ini berguna untuk keefektifan belajar. Dengan metode ini anak menjadi bisa berkomunikasi satu sama lain dan saling melakukan hubungan timbal balik dalam berpendapat.
6.
Kembangkan materi yang sudah dipelajari
Membaca materi yang sudah ada dan mencari sumber-sumber lagi untuk memperdalam materi yang sdah didapat. Dan menembangkan materi denga melakukan tanya jawab dengan teman dan guru.
Membaca materi yang sudah ada dan mencari sumber-sumber lagi untuk memperdalam materi yang sdah didapat. Dan menembangkan materi denga melakukan tanya jawab dengan teman dan guru.
7. Sediakan waktu untuk istirahat
Metode ini adalah untuk melemaskan
badan dan pikiran saat sudah terforsir banyak belajar. Jeda yang baik untuk
beristirahat antara 30-45 menit. Istirahat berguna untuk menyegarkan badan dan
fikiran.
Peran orang
tua terhadap pola belajar anak
Orang
tua juga memiliki peran penting dalam mendukung pola
belajar anak. Tak bisa
hanya menuntut anak berprestasi, tanpa memberikan dukungan yang bisa memotivasi
anak, terutama saat belajar. Tindakan yang perlu dilakukan oran
gtua antara lain:
1. Kunjungi
sekolah dan berinteraksilah dengan gurunya untuk mengetahui perkembangan studi
anak.
2. Selalu berbicara secara terbuka dengan anak, jangan
membuat jarak. Buatlah mereka merasa nyaman untuk berbagi masalah dengan Anda.
Jangan terlalu menyalahkan anak jika mereka memiliki kekurangan dalam studi
atau tidak memenuhi harapan Anda. Lebih baik membangun kepercayaan
dirinya.
3. Bantu anak dalam membuat jadwal belajar mereka,
disertai komitmen bersama. Biarkan anak menentukan jadwal belajar yang nyaman
untuknya.
4. Bicaralah dengan anak dan cobalah membuat mereka sadar
akan pentingnya belajar, serta menjaga cara belajar mereka.
5. Izinkan mereka juga untuk tetap memiliki waktu
bermain, menonton TV, serta mengizinkan mereka mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler di sekolah. Ini akan menumbuhkan perkembangan kepribadian anak
Anda.
6. Perhatikan jenis makanan yang Anda berikan kepada anak
saat mereka tengah menghadapi ujian. Hal ini akan berpengaruh pada fisik dan
tingkat konsentrasi mereka. Hindari makanan seperti kentang atau tapioka,
makanan pedas, gorengan yang mengandung asam lemak. Sebaliknya, berikan susu, madu,
cokelat yang mengandung kokoa di dalamnya, dan makanan sehat lainnya.Jangan
lupa mengatur pola tidur mereka, minimal 6jam di malam hari.
7. Saat anak akan berangkat ke sekolah untuk menghadapi
ujian, buatlah mereka merasa senang.
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasar dari
uraian-uraian terdahulu, maka dapat dirumuskan suatu kesimpulan bahwa;
keberhasilan anak dalam meningkatkan prestasi belajar serta dalam menanggulangi
kesulitan belajarnya, tidaklah terlepas dari peranan orang tua serta guru dalam
proses pendidikannya.
Peran
orang tua sangatlah penting dalam membentuk pola belajar pada anak, umumnya
orang tua harus memberikan perhatian kepada anak-anaknya. Misalnya saja setelah
pulang sekolah tanyakan apa yang telah didapat selama di sekolah. Dengan
menanyakan hal tersebut maka anak akan merasa bahwa ia diperhatiakan oleh orang
tuanya. Dengan begitu maka kedekatan antara orang tua akan membuat anak merasa
terbuka terhadap orang tuanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Suranto. 2010. Komunikasi interpeersonal. Yogayakarta
: Graha Ilmu.
www.artikerbagus.com/2011/04/peranan-orang-tua-dalam-mengatasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar